Penulis:
Kathleen-Jonathan Kuntaraf


“Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”
1 Yohanes 4 : 2, 3

Sementara kita telah melihat Yesus adalah Tuhan dengan berbagai banyak bukti Alkitab; kita juga perlu untuk melihat bahwa Yesus Kristus sesungguhnya adalah manusia dan memiliki sifat manusia. Penerimaan akan ajaran ini penting hingga Yohanes mengatakan, di ayat inti diatas tentang “setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah“. Dengan demikian, kelahiran, perkembangan, sifat-sifat, dan kesaksian pribadi Kristus memberikan bukti kemanusiaan-Nya. 

Sehubungan dengan kelahiran-Nya, Alkitab berkata, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yohanes 1 : 14). Ini berarti Dia benar-benar menjadi manusia yang mempunyai tubuh seperti kita. Dalam bahasa yang sederhana, Paulus dalam Galatia 4 ayat 4, mengatakan, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan…” Kristus dibuat dalam “mengambil rupa seorang manusia” dan “dalam keadaan sebagai manusia” (Filipi 2 : 7). 

Manifestasi Tuhan dalam sifat manusia ini adalah “rahasia ibadah kita.” (1 Timotius 3 : 16). Silsilah Kristus menunjukkan pada-Nya sebagai “anak Daud” dan “anak Abraham” (Matius 1 : 1). Menurut sifat manusia-Nya, Ia “diperanakan dari keturunan Daud” (Roma 1 : 3; 9 : 5) dan merupakan “Anak Maria” (Markus 6 : 3).

Meskipun Ia dilahirkan dari seorang wanita seperti setiap anak lainnya, ada perbedaan besar, suatu keunikan. Maria adalah seorang perawan, dan Anak itu dikandung oleh Roh Kudus (Matius 1 : 20, Lukas 1 : 31-37). Sementara itu Yesus tetap Tuhan Dia bisa mengklaim kemanusiaan sejati melalui inkarnasi-Nya. 

Sebagai manusia,”  . . .bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4 : 15).

Kita bersyukur oleh sebab Yesus adalah manusia, yang dapat mengerti penderitaan manusia, bersimpatik kepada manusia, dan dia adalah manusia yang tidak berdosa walaupun pencobaan-Nya lebih besar dari pencobaan kita.

Yesus adalah teladan untuk kita semua. Selama kita bergantung kepada Yesus, kita tidak akan pernah jatuh kedalam dosa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top