Penulis:
Kathleen-Jonathan Kuntaraf


“Dialah yang akan mendirikan bait TUHAN, dan dialah yang akan mendapat keagungan dan akan duduk memerintah di atas takhtanya. Di sebelah kanannya akan ada seorang imam dan permufakatan tentang damai akan ada di antara mereka berdua”
Zakharia 6:13

Suatu pertanyaan penting adalah “Apakah memang perlu bagi Kristus untuk mengambil sifat manusia?” Sudah jelas sangat perlu!. Nah, paling sedikit ada empat alasan penting mengapa Kristus perlu untuk mengambil sifat manusia. Marilah kita lihat satu persatu sesuai dengan tulisan di Alkitab:

  1. Yesus adalah Mesias, dan sebagai Mesias, Yesus harus menempati posisi Imam Besar atau pengantara antara Allah dan manusia (Zakharia 6:13; Ibrani 4:14-16). Fungsi ini membutuhkan sifat manusia. Kristus memenuhi kualifikasi tersebut :
    • Ia dapat mengerti “orang-orang jahil dan orang-orang yang sesat, karena Ia sendiri “penuh dengan kelemahan” (Iberani 5 : 2)
    • Ia “yang menaruh belas kasihan dan yang setia” sebab dalam segala sesuatu Ia telah dijadikan “sama dengan saudara-saudara-Nya” (Ibrani 2 : 17)
    • Ia “dapat menolong mereka yang dicobai karena Ia sendiri telah menderita akibat pencobaan” (Ibrani 2 : 18)
    • Ia bersimpatik dengan kelemahan manusia karena “Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrani 4 : 15)
  2. Untuk menjangkau dan menyelamatkan manusia dimana mereka berada, termasuk orang yang paling hina sekalipun atau orang yang tanpa memiliki pengharapan, maka Ia turun ketingkat seorang hamba (Filipi 2 : 7).
  3. Untuk memberikan hidup-Nya bagi dosa dunia. Sifat ilahi Kristus tidak bisa mati. Oleh sebab itu agar Ia bisa mati, maka Kristus harus memilliki sifat manusia. Ia menjadi manusia dan membayar hukuman dosa, yaitu maut (Roma 6 : 23, 1 Korintus 15 : 3). Sebagai manusia, Ia merasakan kematian semua orang (Ibrani 2 : 9).
  4. Untuk menjadi teladan kita. Untuk memberi contoh bagaimana manusia harus hidup, maka Kristus harus hidup sebagai Adam kedua namun tanpa dosa. Ia menghilangkan mitos bahwa manusia tidak dapat mematuhi hukum Allah dan memperoleh kemenangan atas dosa. Ia menunjukkan bahwa kemenangan itu mungkin bagi umat manusia agar setia kepada kehendak Allah. Dalam kuasa-Nya, kemenangan-Nya, kita dapat menjadi milik-Nya (Yohanes 16 : 33).

Dengan menjalani hidup secara “memandang kepada Kristus”, manusia dapat “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Korintus 3 : 18).

Marilah kita hidup senantiasa memandang kepada Kristus agar kita dapat makin berubah memiliki kebenaran-Nya yang Maha Mulia itu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top